Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari
kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" :
Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah
memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium
penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang
tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium
pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas
cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa
lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer
bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara
ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana
film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang
menjadi Digital ISO.
Sejarah
Fotografi Dunia
Fotografi ialah lukisan melalui cahaya. Tanpa cahaya seni foto ini tidak
akan berfungsi. Istilah Photography dicipta pada tahun 1839. Ketika teknologi
seni foto terus berkembang bersama dengan kemajuan manusia, ilmu sangat penting
bagi menjamin mutu kerja seorang seniman foto (Photografer).
Dalam buku The
History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico
Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang
pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan
yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan
terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo
Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Kamera mulai
diperkenalkan ketika para pelukis menghadapi masalah untuk merekam gambar
(potrait) sekitar abad 17 dan 18. Justru itu mereka telah mencipta kamera
Obscura untuk kemudahan merekam gambar.
permanent.
Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang
disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah
awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di
University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang
puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis,
Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan
jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan
bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang,
sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada
tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang
berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran
plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu
setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut
daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan
asir suling.
Foto pertama
dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques mande Daquerre merupakan
bapak fotografi dunia (1837). Kamera Obcura merupakan kamera yang pertama kali
yang dipakai untuk menggambar kemudian memotret.
Tahun 1900
seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar
ukurannya beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau
memindahkannya tenaga manusia sebanyaki 15 orang diperlukan! Kamera ini
menggunakan film sebesar 4 ½ x 8 kaki dengan bahan kimia sebanyak 10 gallons
digunakan ketika memprosesnya.
Kamera Kodak
(Eastmant Kodak) pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di Amerika.
Konstribusi fotografi ke dunia film pertama kali di pelopori oleh Eadward
Muybridge. Flash atau lampu kilat pertama kali ditemukan oleh Harold E.
Edgerton pada tahun 1938. Memotret benda-benda mati disebut dengan still life.
Penemu negative film John Hendri Fox Talbot dari inggris. Negatif film tersebut
di buat selama 40 detik dibawah terik matahari.
Tahun 1950
mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens
Reflex (SLR), dan pada
tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi
dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai
dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid
mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan
film.
Kemajuan
teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar
tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera
digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam
ukuran sebesar koran.
CABANG FOTOGRAFI
berdasarkan Obyek fotgrafi nya, di antaranya:
Fotografi bentang alam ( Nature /
Landscape)
Dalam fotografi bentang alam obyek
yang di foto adalah biasanya merupakan bentang alam, yang
memiliki keindahan tersendiri atau digunakan untuk menjelaskan keadaan profil
alam pada suatu daerah, dalam dunia industri foto landscape
juga digunakan untuk dokumentasi pembangunan profil area ( lansekap )
dan laporan penelitian, biasanya fotografer bentang alam memiliki
kemampuan dan hobi traveling dan menjelajah alam
Fotografi Satwa dan flora
fotografi ini memiliki
obyek khusus satwa dan flora, dan menurut saya merupakan object yang
sulit dan terkadang menantang bahaya anda bisa bayangkan anda me motret
komodo atau buaya dalam komunitasnya, fotografi satwa biasanya
digunakan untuk menggali keindahan satwa dan flora dan juga
mengklasifikasi satwa dan flora
Fotografi Dokumentasi
fotografi ini untuk mendokumentasikan
suatau event atau peristiwa, biasanya setidaknya pada jaman dahulu fotografi ini
tidak di tuntut dalam keindahan foto komposisi warna ataupun seni, tapi hanaya
untuk melengkapi dan lebih menjelaskan suatu berita acara, akan tetapi dalam perkembangan
fotografi modern fotografidokumentasi, komposisi
gambar dan sentuhan seni sudah menjadi tuntutan, dan dikarenakan pada event
modern time linenya pendek maka fotografer dituntut untuk tidak ketinggalan
moment moment penting dalam acara tersebut
Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang
merekam suatu berita, dan menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa yang biasanya
besar, kekuatan foto berasal dari kemapuan foto dalam menjelaskan suatu
peristiwa biasanya foto jenis ini digunakan sebagai penunjang berita teks di
mediai koran atau majalah.
Dan cabang fotografi lainya yang belum di
deskripsikan...
Fotografi Seni (Fine Art)
Fotografi Studio
Fotografi Udara (Aerial)
Fotografi Komersial
Fotografi Interior
Fotografi Fashion
Fotografi Studio
Fotografi Udara (Aerial)
Fotografi Komersial
Fotografi Interior
Fotografi Fashion
ISTILAH FOTOGRAFI
Dalam bahasa indonesia beberapa istilah fotografi membingungkan
bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu istilah yang sudah
berlaku umum tetap dipertahankan
Fotografi Cahaya (light)
Faktor dasar terjadinya fotografi adalah
cahaya, karena jika tidak ada cahaynya tidak mungkin foto bisa di buat
Fotografi Eksposur (exposure)
Eksposur exposure adalah
istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya
yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat
setting paling tepat untuk exposure , digunakan lightmeter.
Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas
cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapatexposure normal. lebih lanjut tentang exposure
Fotografi Rentang dinamis (Dynamic range)
fotografi, Rentang
dinamis (Dynamic range) adalah rasio rentang luminasi cahaya
yang dapat direkam sensor kamera dari seluruh rentang luminasi cahaya
subyek. exposure pada tingkat iluminasi yang sama di atas di
atas focal plane dapat menghasilkan foto dengan
efek luminasi yang berbeda karena respon sensor kamera yang berbeda
pada nilai ISO ratingnya. Efek luminasi itu juga disebut
exposure , sebutan populer lain adalah imposure atau light
value atau brightness value atau level of
exposure atau exposure altitude atau exposure
range yang menunjukkan tingkat visibilitas subyek fotografi. more
about Dynamic Range
Fotografi Rana / Kecepatan (Suter Speed)
Rana atau penutup (Bahasa
Inggris: shutter) dalam istilah fotografi adalah
tirai pada kamera yang menutupi permukaan atau sensor foto. Jika tirai ini
terbuka maka akan terjadi exposure pada permukaan film atau sensor foto tadi.
Awalnya shutter dibuat dari lempengan
logam, namun kebanyakan kamera modern menggunakan penutup yang dibuat dari kain
untuk mengurangi berat kamera dan untuk mendapatkan kecepatan rana yang lebih
cepat. Penutup yang terbuat dari kain memiliki kekuatan sekitar 50,000 hingga
200,000 kali proses buka-tutup (melakukan exposure ). Kain penutup yang aus
atau rusak bisa dengan mudah diganti di pusat layanan purna jual merek kamera
yang bersangkutan.
Lamanya tirai ini terbuka ditentukan oleh setelan
kecepatan rana pada kamera.
Fotografi Diafragma
(Aperture)
Aperture dalam
istilah fotografi adalah komponen dari lensa yang
berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera.
Diafragma lensa biasanya membentuk lubang mirip
lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah lembaran logam
(umumnya 5, 7 atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk mengubah ukuran dari
lubang bukaan (rana / shuter) lensa dimana cahaya akan lewat. Bukaan akan
mengembang dan menyempit persis seperti pupil di mata manusia.
Fotografi ISO / ASA
Kecepatan film dalam istilah
dalam fotografi adalah untuk mengukur tingkat kesensitivitas
atau kepekaan film foto terhadap cahaya. Film dengan kepekaan rendah (memiliki
angka ISO rendah) membutuhkan sorotan (Inggris: exposure) yang lebih lama
sehingga disebut slow film, sedangkan film dengan kepekaan tinggi
(memiliki angka ISO tinggi) membutuhkan exposure yang singkat.
SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA
Sejarah fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857, pada saat 2 orang
juru foto Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia.
Masuknya fotografi ke Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre mengumumkan
hasil penelitiannya yang kemudian disebut-sebut sebagai awal perkembangan
fotografi komersil. Studio fotopun semakin ramai di Batavia. Dan kemudian
banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan hiruk pikuk dan
keragaman etnis di Batavia.
Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi
fotografi, maka kamera yang adapun masih berat dan menggunakan teknologi yang
sederhana. Teknologi kamera pada masa itu hanya mampun merekam gambar yang
statis. Karena itu kebanyakan foto kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat
sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak.
Terkadang fotografer harus menggiring pedagang dan pembelinya ke dalam
studio untuk dapat merekam suasana hirup pikuk pusat perbelanjaan. Oleh sebab
itu telihat bahwa pedagang dan pembelinya beraktifitas membelakangi sebuah
layar. Ini karena teknologi kamera masih sederhana dan masih riskan jika
terlalu sering dibawa kemana-mana.
Pada tahun 1900an, muncul penemuan kamera yang lebih sederhana dan mudah
untuk dibawa kemana-mana sehingga memungkinkan para fotografer untuk melakukan
pemotretan outdoor. Bisa dibilang ini adalah awal munculnya kamera
modern.Karena bentuknya yang lebih sederhana, kamera kemudian tidak dimiliki
oleh fotografer saja tetapi juga dimiliki oleh masyarakat awam.
Banyak karya-karya fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa
awal perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah Jakarta.
Seperti namanya, museum ini hanya menghadirkan foto-foto kota Jakarta pada
jaman penjajahan Belanda saja. Karena memang perkembangan teknologi fotografi
belum masuk ke daerah. Salah satu foto yang dipamerkan adalah suasana Pasar
Pagi, Glodok, Jakarta pada tahun 1930an. Pada awal dibangun, pasar ini
hanya diisi oleh beberapa lapak pedagang saja. Ini berbeda dengan kondisi
sekarang dimana Glodok merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Kassian
Cephas (1844-1912): Yang Pertama, yang Terlupakan
Cephas
lahir pada 15 Januari 1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang
mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik
Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah
Christina Petronella Steven (siapa). Cephas mulai belajar menjadi fotografer
profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen,
fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar 1863-1875. Tapi berita kematian
Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang
yang bernama Simon Willem Camerik.
Kassian
Cephas memang bukan tokoh nasional yang dulunya menenteng senjata atau
berdiplomasi menentang penjajahan bersama politikus pada zaman sebelum dan
sesudah kemerdekaan. Ia hanyalah seorang fotografer asal Yogyakarta yang eksis
di ujung abad ke-19, di mana dunia fotografi masih sangat asing dan tak
tersentuh oleh penduduk pribumi kala itu. Nama Kassian Cephas mungkin baru
disebut bila foto-foto tentang Sultan Hamengku Buwono VII diangkat sebagai
bahan perbincangan.Dulu, Cephas pernah menjadi fotografer khusus Keraton pada
masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak
Keraton, maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di
Keraton pada waktu itu. Hasil karya foto-fotonya itu ada yang dimuat di dalam
buku karya Isaac Groneman (seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang
kebudayaan Jawa) dan buku karangan Gerrit Knaap (sejarawan Belanda yang
berjudul "Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the
Sultan".
Dari
foto-fotonya tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah memotret banyak hal
tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari foto Sultan Hamengku Buwono VII
dan keluarganya, bangunan-bangunan sekitar Keraton, upacara Garebeg di
alun-alun, iring-iringan benda untuk keperluan upacara, tari-tarian, hingga
pemandangan Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak itu saja, bahkan Cephas juga
diketahui banyak memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya, terutama yang
ada di sekitar Yogyakarta. Berkaitan dengan kegiatan Cephas memotret
kalangan bangsawan Keraton, ada cerita yang cukup menarik. Zaman dulu, dari
sekian banyak penduduk Jawa waktu itu, hanya segelintir saja rakyat yang bisa
atau pernah melihat wajah rajanya. Tapi, dengan foto-foto yang dibuat Cephas,
maka wajah-wajah raja dan bangsawan bisa dikenali rakyatnya.
Masa-Masa
Keemasan Cephas
Cephas
pernah terlibat dalam proyek pemotretan untuk penelitian monumen kuno
peninggalan zaman Hindu-Jawa, yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan,
yang dilakukan oleh Archeological Union di Yogyakarta pada tahun 1889-1890.
Saat bekerja, Cephas banyak dibantu oleh Sem, anak laki-lakinya yang juga
tertarik pada dunia fotografi. Cephas juga membantu memotret untuk lembaga yang
sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300
foto yang dibuat Cephas dalam proyek penggalian itu. Pemerintah Belanda
mengalokasikan dana 9.000 gulden untuk penelitian tersebut. Cephas dibayar 10
gulden per lembar fotonya. Ia mengantongi 3.000 gulden (sepertiga dari seluruh
uang penelitian), jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.
Beberapa foto seputar candi tersebut dijual Cephas. Alhasil, foto-foto buah karyanya itu menyebar dan terkenal. Ada yang digunakan sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para elite Belanda yang akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Album-album yang berisi foto-foto Sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti presiden. Hal itu tentunya membuat Cephas dikenal luas oleh masyarakat kelas tinggi, dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka. Karena kedekatan dengan lingkungan elite itulah sejak tahun 1888 Cephas memulai prosedur untuk mendapatkan status "equivalent to Europeans" (sama dengan orang Eropa) untuk dirinya sendiri dan anak laki-lakinya: Sem dan Fares.
Cephas
adalah salah satu dari segelintir pribumi yang waktu itu bisa menikmati
keistimewaan-keistimewaan dan penghargaan dari masyarakat elite Eropa di
Yogyakarta. Mungkin itu sebabnya karya-karya foto Cephas sarat dengan suasana
menyenangkan dan indah. Model-model cantik, tari-tarian, upacara-upacara,
arsitektur rumah tempo dulu, dan semua hal yang enak dilihat selalu menjadi
sasaran bidik kameranya. Bahkan, rumah dan toko milik orang-orang Belanda,
lengkap dengan tuan-tuan dan noni-noni Belanda yang duduk-duduk di teras rumah,
juga sering menjadi obyek fotonya.
Sekitar
tahun 1863-1875, Cephas sempat magang di sebuah kantor milik Isidore van
Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah. Status sebagai fotografer
resmi baru ia sandang saat bekerja di Kesultanan Yogyakarta. Sejak menjadi
fotografer khusus Kesultanan itulah namanya mulai dikenal hingga ke Eropa.
Terlindas
Semangat Revolusi
Meski
demikian, dalam khazanah fotografi Indonesia, nama Kassian Cephas tidak seharum
nama Mendur bersaudara, yakni Frans Mendur dan Alex Mendur. Mereka berdua
adalah fotografer yang dianggap sangat berjasa bagi perjalanan bangsa ini.
Merekalah yang mengabadikan momen-momen penting saat Soekarno membacakan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Karya-karya mereka lebih disorot masyarakat
Indonesia karena dianggap kental dengan suasana heroik yang memang pada masa
itu sangat dibutuhkan.
Foto-foto
monumental karya Mendur Bersaudara, mulai dari foto Bung Tomo yang sedang
berpidato dengan semangat berapi-api di bawah payung, foto Jenderal Sudirman
yang tak lepas dari tandunya, foto sengitnya pertempuran di Surabaya, hingga
foto penyobekan bendera Belanda di Hotel Savoy, menjadi alat perjuangan bangsa
dan menjadi bukti sejarah terbentuknya negara ini. Di awal-awal kemerdekaan dan
revolusi, tentu saja foto-foto Mendur Bersaudara tadi terus diproduksi oleh
penguasa dan pelaku sejarah untuk mengawal semangat bangsa ini. Foto-foto karya
mereka dicetak dalam buku-buku sejarah dan menjadi bacaan wajib siswa sekolah,
mulai dari tingkat dasar sampai tingkat doktoral.
Sementara
foto-foto Cephas yang penyebarannya sangat terbatas lebih cocok masuk ke museum
atau dikoleksi oleh orang-orang yang menjadi kliennya atau para kolektor.
Kandungan foto karya Cephas dinilai tidak mendukung suasana pergolakan yang
tengah berlangsung saat itu. Bahkan foto-fotonya yang menonjolkan tentang
keindahan Indonesia, potret raja-raja dan “londo-londo”, serta para bangsawan
dipandang sebagai “pro status quo”. Makanya fotonya jarang dilirik.
Perbedaan
zamanlah yang membuat foto-foto karya Cephas dan Mendur Bersaudara saling
bertolak belakang. Kalau foto karya Mendur Bersaudara memperlihatkan sosok Bung
Karno yang hangat, flamboyan, dan penuh semangat kerakyatan, justru foto buatan
Cephas menampilkan sosok raja yang dingin, sombong, dan sangat feodal. Bila
foto-foto para pejuang wanita yang juga anggota palang merah di kancah
pertempuran disuguhkan Mendur Bersaudara, justru foto-foto gadis cantik, manja,
dan ayulah yang ditawarkan Cephas. Maka wajar bila foto-foto Mendur Bersaudara
dicari dan dilirik orang, sedangkan foto-foto Cephas tenggelam dalam pelukan
para kolektor.
Kini
Kassian Cephas hanya tinggal kenangan. Foto-foto tentang dirinya pun tersembunyi
entah di mana. Hanya ada satu buah foto yang menjadi bukti bahwa ia pernah ada,
yakni foto dirinya setela h menerima bintang jasa “Orange-Nassau” dari Ratu Wilhelmina pada tahun
1901
Jenis-Jenis Fotografi
Dalam dunia fotografi
banyak dikenal jenis-jenis fotografi yang dapat dijadikan spesialisasi Anda,
baik fotografer profesional maupun amatir mempunyai spesialisasi atau
ketertarikan yang berbeda terhadap jenis fotografi. Seorang fotografer
profesional boleh jadi menjadikan fotografi jurnalistik sebagai spesialisasi
nya sedangkan fotografer amatir boleh jadi tertarik pada fotografi makro. Tidak
ada aturan yang baku mana jenis fotografi yang harus Anda pilih, itu semua
tergantung pada ketertarikan Anda saja. Berikut adalah beberapa jenis-jenis fotografi
yang umum diketahui.
1. Fotografi Jurnalistik (Photojournalism)
Meskipun fotografer amatir bisa masuk ke jenis fotografi ini tanpa pelatihan formal, namun fotografi jurnalistik sering terbatas pada fotografer profesional. Salah satu alasan jurnalistik umumnya dilakukan olehh para profesional adalah bahwa fotografer harus benar-benar yakin bahwa jepretannya harus mempertahankan keaslian peristiwa yang sebenarnya.
Fotografi jurnalistik membutuhkan fotografer nya untuk memotret sesuai dengan fakta aslinya, tidak ada perubahan atau tidak ada manipulasi terhadap peristiwa aslinya. Foto dari fotografi jurnalistik sering berupa foto yang bermakna kuat yang melibatkan pemirsa atau pembacanya ke dalam suatu cerita. Untuk mengetahui bagaimana cara dan mempunyai feeling yang kuat dalam mengambil gambar dengan menangkap emosi yang asli sering dipelajari hanya melalui praktek dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Fotografi
dokumenter (Documentary Photography)
Foto dokumenter menceritakan sebuah peristiwa dengan
gambar. Perbedaan utama antara fotografi jurnalistik dan fotografi dokumenter
adalah bahwa fotografi dokumenter dimaksudkan sebagai dokumen sejarah era
politik atau sosial, sementara fotografi jurnalistik berisi peristiwa tertentu
atau kejadian tertentu saja.
Seorang fotografer dokumenter mungkin memotret serangkaian gambar dari tunawisma di pusat kota atau rentetan peristiwa pertempuran internasional. Setiap topik dapat menjadi subyek fotografi dokumenter. Seperti foto jurnalistik, fotografi dokumenter berusaha untuk menunjukkan kebenaran tanpa memanipulasi gambar.
Seorang fotografer dokumenter mungkin memotret serangkaian gambar dari tunawisma di pusat kota atau rentetan peristiwa pertempuran internasional. Setiap topik dapat menjadi subyek fotografi dokumenter. Seperti foto jurnalistik, fotografi dokumenter berusaha untuk menunjukkan kebenaran tanpa memanipulasi gambar.
3. Fotografi
Aksi (Action Photography)
Seorang fotografer profesional yang mengambil foto aksi dapat mengkhususkan diri dalam berbagai objek yang berbeda, fotografi olahraga adalah salah satu jenis aksi tercepat dan paling menarik dari fotografi. Seperti halnya memotret suatu aksi, seorang fotografer olahraga yang handal harus tahu objek nya dengan baik untuk mengantisipasi kapan harus mengambil gambar. Aturan yang sama berlaku untuk fotografer yang mengambil foto aksi hewan di alam atau foto anak-anak bermain bola di sawah.
Fotografi makro adalah jenis fotografi dengan pengambilan gambar dari jarak dekat. Fotografi ini membutuhkan peralatan yang canggih dan mahal, akan tetapi fotografer amatir dapat berlatih dengan menggunakan mode macro pada kamera digital. Objek fotografi makro dapat berupa serangga, bunga, bulir air atau benda lain yang kalau di close-up kan akan menghasilkan detail yang menarik.
5. Fotografi Mikro
(Micro Photography)
Fotografi mikro menggunakan kamera khusus dan mikroskop untuk menangkap gambar objek yang sangat kecil. Kebanyakan aplikasi fotografi mikro paling cocok untuk dunia ilmiah. Misalnya, fotografi yang digunakan dalam disiplin ilmu yang beragam seperti astronomi, biologi dan kedokteran.
6. Fotografi Glamour (Glamour Photography)
Orang awam kadang-kadang menyamakannya dengan pornografi, mungkin karena menampilkan ke seksian dan erotis tetapi sebenarnya bukanlah suatu hal yang porno. Alih-alih berfokus pada ketelanjangan atau pose seram, fotografi glamour berusaha untuk menangkap objek dalam pose yang menekankan kurva dan bayangan. Seperti namanya, tujuan fotografi glamor adalah untuk menggambarkan model dalam cahaya glamor.
7. Fotografi Aerial (Aerial Photography)
Seorang fotografer aerial mempunyai spesialisasi dalam mengambil foto dari udara. Foto dapat digunakan untuk survei atau konstruksi, untuk memotret burung atau cuaca pada film atau untuk tujuan militer. Fotografer aerial biasanya menggunakan pesawat, parasut, balon dan pesawat remote control untuk mengambil foto dari udara.
8. Fotografi Bawah Air (Underwater Photography)
Fotografi bawah air biasanya digunakan oleh penyelam scuba atau perenang snorkel. Namun, biaya scuba diving, ditambah dengan peralatan fotografi sering mahal dan berat di bawah air, membuat ini salah satu jenis kurang umum dalam dunia fotografi. Demikian pula jika seorang fotografer amatir yang sudah memiliki peralatan fotografi bawah air dan peralatan scuba, mengambil gambar bawah air dapat menjadi sesuatu yang sulit, karena kacamata scuba yang besar dan mendistorsi visi fotografer.
9. Fotografi Seni Rupa
(Fine Art Photography)
Fotografi seni rupa, juga dikenal hanya sebagai fotografi seni, mengacu pada cabang fotografi yang didedikasikan untuk memproduksi foto untuk tujuan murni estetika. Fotografi seni, yang biasanya dipajang di museum dan galeri, umumnya berkaitan dengan penyajian benda-benda yang indah atau benda biasa dengan cara yang indah untuk menyampaikan intensitas dan emosi.
10. Fotografi Pernikahan (Wedding Photography)
Fotografi pernikahan adalah campuran dari berbagai jenis fotografi. Meskipun album pernikahan adalah sebuah foto dokumenter dari hari pernikahan, foto pernikahan dapat diolah dan diedit untuk menghasilkan berbagai efek. Sebagai contoh, seorang fotografer bisa mengolah beberapa gambar dengan toning sepia untuk memberi mereka lihat, lebih klasik abadi.
Sebagai tambahan, seorang fotografer pernikahan harus memiliki keahlian dalam fotografi potret, mereka juga harus menggunakan teknik foto yang glamor untuk mengabadikan momen terbaik.
11. Fotografi Periklanan (Advertising Photography)
Karena fotografi memainkan peran penting dalam periklanan, fotografer
profesional banyak memutuskan karier mereka sebagai fotografer periklanan.
Fotografi iklan butuh hasil yang unik dan eye-catching hal ini berarti
fotografer dapat memainkan beberapa jenis fotografi, termasuk fotografi makro
dan fotografi glamor.
12. Fotografi
Perjalanan (Travel Photography)
Fotografi perjalanan adalah jenis fotografi yang melibatkan dokumentasi
pemandangan suatu daerah, orang, budaya, adat istiadat dan sejarah. Society of
America Fotografi mendefinisikan foto perjalanan sebagai foto yang
mengekspresikan perasaan dari waktu dan tempat, menggambarkan daerah,
orang-orangnya, atau budaya dalam keadaan aslinya, dan tidak memiliki
keterbatasan geografis.
Perjalanan fotografi dapat dibuat oleh para profesional atau amatir. Contoh
fotografi perjalanan profesional dapat ditemukan di majalah National
Geographic. Fotografi perjalanan amatir sering dibagi secara online melalui
situs berbagi foto seperti Flickr atau situs jejaring social seperti
Facebook.
13. Fotografi Vernakular (Vernacular Photography)
Fotografi vernacular sering disebut juga fotografi amatir karena mengacu
kepada penciptaan foto oleh fotografer amatir atau fotografer yang tidak
dikenal yang mengambil foto kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang umum sebagai
objek. Contoh foto vernakular adalah foto perjalanan dan liburan, foto-foto
keluarga, foto teman-teman, foto, dll.
14. Fotografi Jalanan (Street Photography)
Fotografi jalanan adalah jenis fotografi dokumenter yang menampilkan objek
dalam situasi candid di tempat umum seperti jalanan, taman, pantai, mall,
dll.
15. Fotografi Malam (Night Photography)
Fotografi malam, seperti namanya, adalah pengambilan foto outdoor di senja
atau pada malam hari. Karena kurangnya cahaya yang tersedia dalam fotografi malam
hari, fotografer akan menggunakan pencahayaan buatan atau menggunakan eksposure
yang lama untuk memastikan bahwa sensor cukup menerima cahaya dari objek.
16. Fotografi Infra Merah (Infra Red Photography)
Fotografi inframerah mengacu pada jenis fotografi di mana foto yang diambil
sensitif terhadap cahaya inframerah. Dalam fotografi inframerah, biasanya
fotografer menggunakan filter yang hanya melewatkan panjang gelombang
inframerah menuju sensor dan menghasilkan sebuah foto. Panjang gelombang warna untuk
foto yang biasa adalah 400nm (nano meter) hingga 700nm sedangkan infra red
mempunyai panjang gelombang 700nm sampai 1200nm.
Hasil dari foto inframerah bisa menjadi foto
hitam-putih yang kontras atau foto false-color, seperti contohnya warna daun
yang hijau segar akan terlihat putih, pemandangan yang panas akan tampak
seperti di musim salju dan seperti di dunia lain.
17. Fotografi Balistik (Ballistics Photography)
Balistik Fotografi adalah jenis fotografi yang berhubungan dengan
pengambilan foto dari peluru yang ditembakkan dari pistol atau peluru yang
menembus target masing-masing. Teknik-teknik yang terlibat dengan mengambil
foto terkait balistik adalah sama dengan yang untuk setiap subjek lain dari
fotografi kecepatan tinggi, seperti gambar dari percikan cairan atau popping
balon.
Seperti halnya fotografi khusus yang lain, fotografi balistik menuntut
seperangkat peralatan tertentu. Selain flash berkecepatan tinggi, seorang
fotografer juga perlu pemicu untuk menyelaraskan kecepatan flash dengan kamera
yang berkecepatan tinggi.
18. Fotografi Hitam-Putih (Black and White Photography)
Pada awal sejarah fotografi, fotografi hitam-putih adalah satu-satunya
pilihan seorang fotografer untuk mengambil gambar. Bahkan ketika foto berwarna
sudah tersedia, foto hitam-putih pada awalnya mempunyai kualitas yang lebih
baik dan lebih murah untuk mengembangkan daripada foto berwarna.
Seiring dengan kualitas foto berwarna semakin membaik, foto berwarna
menjadi pilihan yang lebih populer sehingga menyebabkan popularitas fotografi
hitam-putih menurun. Akan tetapi fotografi hitam-putih untuk saat ini lebih
cenderung digunakan untuk menimbulkan efek tertentu sehingga foto yang
dihasilkan lebih bermakna.
19. Fotografi Perperangan (War Photography)
Fotografi perperangan menangkap foto dari konflik bersenjata dan kehidupan
di daerah yang dilanda perang. Meskipun foto-foto dapat memberikan representasi
yang lebih langsung daripada lukisan atau gambar, foto-foto tersebut
kadang-kadang dimanipulasi sehingga menciptakan foto yang tidak obyektif dalam
jurnalistik.
20. Fotografi Busana (Fashion Photography)
Fotografi busana adalah jenis fotografi yang berkonsentrasi pada mengambil
foto dari pakaian atau aksesoris (pada model atau sendirian) yang akan
diterbitkan di majalah fashion, iklan atau beredar di kalangan desainer.
0 Comments